Masyarakat Bengkulu masih banyak yang memegang adat dan budaya sampai saat ini. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya masyarakat yang melakukan upacara adat di Bengkulu. Masyarakat Bengkulu masih melakukan serangkaian upacara tradisional yang dapat digolongkan sebagai siklus hidup dan upacara tradisional lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kehidupan masyarakat dan sejarah Bengkulu.
Mereka masih menganut bahwa budaya ini memiliki nilai tertentu. Beberapa upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Bengkulu mengenai kegiatan sehari-hari mereka adalah seperti berikut.
Upacara Adat di Bengkulu yang Masih Dilestarikan
Upacara Tabot
Upacara Adat Bengkulu yang masih sering diadakan hingga sekarang adalah acara Tabot. Tabot ini adalah upacara berkabung setelah kematian Syaid Agung Husein Bin Ali Bin Abi Thalib, salah satu cucu dari Nabi Muhammad.
Inti dari upacara ini adalah untuk memperingati upaya dan upaya para pemimpin Syiah dan orang-orang mereka yang berusaha untuk mengumpulkan bagian tubuh Hussein.
Setelah mengumpulkan seluruh bagian tubuhnya, mereka dimakamkan dan dimakamkan di Padang Karbala. Seluruh upacara berlangsung 10 hari, dari tanggal 1 hingga 10 hari Muharram.
Kedurai Agung di Bengkulu
Kedurai Agung adalah salah satu Upacara Adat Bengkulu yang masih sering diadakan oleh warga Bengkulu, khususnya suku Rejang. Tradisi ini adalah acara turun temurun yang dipraktikkan oleh masyarakat adat Rejang untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka.
Dengan berkomunikasi, masyarakat akan meminta leluhur mereka untuk melindungi mereka dari berbagai bencana. Baik bencana alam, penyakit dan serangan hama, dan penyakit ternak dan tanaman.
Banyak bahan dan alat yang dibutuhkan. Sebagai benang 3 warna, mis. Hitam, merah dan putih pada 3 rentang tangan, ditambah 3 jari orang tua 9 kali dan digulung. Lime 99, 99 mol mangkok. 3 bunga berwarna-warni termasuk cempaka, embun, dan melati. Daun sirih sudah matang dan mentah, masing-masing 9 daun.
Beras dengan kunyit 198 buah untuk pembibitan dan 19 buah untuk pengorbanan. 3 bagian batang bambu, salah satunya diisi dengan air kelapa dan keduanya diisi dengan santan.
Darah, hati, dan jantung dari ayam berusia 2 bulan. Bagian hati dan hati dimasak. 1 punjung nasi dengan kunyit dan 9 kue sabai besar dan 99 kue sabai kecil.
Peralatan tersebut terdiri dari 1 bagian acak (yang menjadi korban) yang terbuat dari 1 ruas batang bambu yang dibagi menjadi dua bagian, masing-masing bagian dibagi menjadi 9 bagian dan disusun dalam sebuah kotak.
1 sungea (tempat acak) terbuat dari 1 ruas bambu yang terbagi menjadi 4 tetapi tidak lepas dan masing-masing ujung leher ditekuk ke tanah.
Baca juga: Mengenali Bahaya dan Kecelakaan Kerja
Upacara Sedekah Rame
Bagi masyarakat Bengkulu, upacara terdiri dari tiga tahap, yaitu panggung sebelum upacara, panggung upacara dan panggung setelah upacara.
Sebelum upacara sedekah, beberapa kegiatan dilakukan untuk memulai upacara. Pertama-tama, para pemimpin lokal bertemu dengan Jurai Tupe (hantu) untuk meminta izin. Setelah persetujuan, para pemimpin masyarakat bekerja dengan pemilik sawah untuk menyetujui tanggal dan tanggal upacara.
Ini diikuti oleh pertemuan antara Rie dan para tetua desa untuk menetapkan pembagian tugas. Akhirnya, pada tahap ini, ada pertemuan dukungan komunitas dan kunjungan lapangan. Persiapan upacara selesai maka upacara sedekah bisa berlangsung.
Upacara Buang Jong
Upacara Adat Bengkulu yang lainnya yang masih bertahan dan rutin diadakan adalah acara Buang jong. Buang jong berlangsung setiap tahun, bertepatan dengan musim angin tenggara yang kuat di akhir Juni dan awal Juli.
Peralatan untuk ritual yang harus disiapkan antara lain jung dan empat rumah dari kayu, daun dan daun kelapa. Ada juga berbagai persembahan seperti dua sisir pisang, empat sisir lengket, enam buah kelapa yang disatukan, dan sebuah lilin.
Aksesori lainnya adalah keranjang kelapa persegi panjang yang diisi dengan cukup beras. Keranjang dihiasi di bagian depan dalam bentuk seorang pria, di kanan senjata panjang dan di kiri senjata pendek.
Tradisi Buang Jong adalah kearifan budaya lokal yang harus dipupuk sehingga generasi selanjutnya, terutama dari suku Sawang, dapat belajar, melindungi dan mewariskannya kepada anak cucu kita.
Upacara Bayar Sat
Upacara Adat Bengkulu yang juga masih sering diadakan oleh warga Bengkulu adalah acara bayar sat. Bayar sat dilakukan sebagai ungkapan terima kasih jika niat (sat) seseorang terpenuhi. Biasanya diadakan pada sore hari, mengundang kerabat dan tetangga untuk dijamu oleh tuan rumah.
Demikian tadi berita Bengkulu tentang beberapa penjelasan mengenai upacara adat yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat Bengkulu. Semoga bermanfaat!